Mengenal Target Pengunjung dan User Journey Website

Kadek Dodo

Dec. 2, 2025

blank

Banyak pemilik usaha merasa sudah melakukan “yang penting punya website dulu”. Halaman demi halaman dibuat, fitur ditambahkan, desain dipercantik, namun hasilnya tetap sama, pengunjung datang lalu pergi tanpa melakukan apa pun. Tidak ada yang menghubungi, tidak ada yang membeli, bahkan banyak yang hanya bertahan beberapa detik.

Masalah seperti ini sering terjadi bukan karena websitenya jelek, tetapi karena website tersebut tidak dibangun berdasarkan pemahaman siapa sebenarnya target pengunjungnya. Setiap orang yang membuka website datang dengan kebutuhan, ekspektasi, dan motivasi berbeda. Tanpa memahami hal ini, website hanya menjadi etalase statis yang tidak mampu memandu pengunjung ke tindakan yang penting bagi bisnis.

Apa Itu Target Pengunjung Website?

Target pengunjung adalah kelompok orang yang paling mungkin mencari, membutuhkan, dan berinteraksi dengan bisnis Anda melalui website. Mereka bukan “semua orang yang datang ke website”, melainkan kelompok yang punya kebutuhan jelas, motivasi kuat, dan potensi aksi paling tinggi terhadap layanan atau produk yang Anda tawarkan.

Berbeda dengan audiens umum di media sosial yang sering datang untuk hiburan, target pengunjung website biasanya memiliki tujuan lebih spesifik. Mereka datang untuk mencari informasi, membandingkan solusi, atau mengambil keputusan. Karena itu, memahami siapa mereka akan memengaruhi hampir semua aspek website, mulai dari gaya penulisan, struktur halaman, visual, hingga pesan yang ditonjolkan.

Tanpa target yang jelas, website mudah menjadi terlalu umum. Informasinya luas tapi tidak fokus, sehingga pengunjung tidak merasa “ini untuk saya”. Sebaliknya, ketika target pengunjung didefinisikan dengan baik, website dapat dirancang untuk berbicara langsung kepada kebutuhan mereka dan memandu mereka menuju keputusan dengan lebih efektif.

Cara Mengidentifikasi Target Pengunjung

Mengidentifikasi target pengunjung tidak selalu membutuhkan riset rumit. Untuk UMKM dan personal brand, langkah-langkah sederhana namun praktis justru lebih efektif. Tujuannya adalah memahami tiga hal utama, siapa mereka, apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana mereka mencari solusi.

1 Analisis Pelanggan yang Sudah Ada

Cara paling mudah adalah melihat siapa yang paling sering membeli, bertanya, atau menghubungi Anda. Biasanya mereka memiliki pola yang mirip, rentang usia, kebutuhan, tingkat pengetahuan, hingga gaya komunikasi. Data ini menjadi dasar yang akurat karena berdasarkan perilaku nyata, bukan asumsi.

2 Identifikasi Masalah Utama yang Ingin Mereka Selesaikan

Setiap pengunjung datang dengan “agenda”. Mereka ingin menemukan jawaban atas masalah tertentu, mencari menu, mencari harga layanan, melihat portofolio, memastikan kepercayaan, atau sekadar ingin tahu. Semakin jelas masalah yang mereka ingin selesaikan, semakin mudah Anda merancang halaman yang tepat.

3.3 Pelajari Perilaku dan Preferensi Digital

Anda dapat melihat pola umum seperti:

  • Perangkat yang digunakan (mobile atau desktop).
  • Halaman yang sering dibuka dari media sosial.
  • Cara orang menghubungi (chat, WhatsApp, form).
  • Jam mereka paling aktif mencari informasi.

Data sederhana ini membantu memahami bagaimana mereka mengonsumsi konten dan kapan mereka siap mengambil keputusan.

4 Observasi Percakapan di Media Sosial dan Chat

Komentar, pertanyaan, atau percakapan dengan calon pelanggan sering menunjukkan apa yang sebenarnya mereka cari. Mereka mungkin bertanya tentang harga, testimoni, cara kerja, bahan, atau durasi pengerjaan. Semua ini adalah sinyal kuat mengenai apa yang perlu ditonjolkan di website.

5 Tentukan Segmentasi Dasar

Setelah data terkumpul, Anda dapat membuat segmentasi sederhana seperti:

  • Pelanggan yang baru mengenal brand.
  • Pengunjung yang sudah tertarik tapi masih banding-bandingkan.
  • Pengunjung yang siap membeli.

Setiap segmen membutuhkan cara komunikasi yang sedikit berbeda di website.

Peran Target Pengunjung dalam Membentuk Website

Memahami target pengunjung bukan hanya soal mengenali mereka, tetapi juga bagaimana informasi tersebut digunakan untuk merancang website yang efektif. Setiap keputusan desain, konten, dan struktur website seharusnya berangkat dari kebutuhan dan perilaku pengunjung utama Anda.

1 Menentukan Gaya Komunikasi dan Visual

Target pengunjung memengaruhi tone tulisan, pilihan kata, dan gaya visual:

  • Jika pengunjung Anda mayoritas pemilik UMKM, gunakan bahasa sederhana, ringkas, dan menghindari istilah teknis yang membingungkan.
  • Jika audience Anda profesional atau corporate, desain cenderung lebih clean, formal, dan berbasis data.

Visual, warna, dan gaya grafis pun harus mewakili selera mereka agar sejak pertama melihat website, mereka merasa sedang berada “di tempat yang tepat”.

2 Membentuk Struktur dan Navigasi Website

Kebutuhan pengunjung menentukan halaman apa saja yang perlu muncul, dan bagaimana urutannya.
Contoh:

  • Jika pengunjung ingin memastikan kredibilitas, halaman portofolio dan testimoni harus mudah ditemukan.
  • Jika fokus mereka membandingkan harga, menu harga atau paket layanan sebaiknya ada di menu utama, bukan tersembunyi.

Website yang mengikuti logika pengunjung akan mengurangi bounce rate dan meningkatkan konversi.

3 Menentukan Jenis Konten yang Harus Ditonjolkan

Setiap target pengunjung membutuhkan konten yang berbeda.
Misalnya:

  • Calon klien jasa desain membutuhkan contoh hasil kerja dan proses pengerjaan.
  • Calon pembeli kuliner membutuhkan foto yang jelas, harga, dan detail menu.
  • Calon murid kursus membutuhkan kurikulum, durasi, dan hasil yang akan didapatkan.

Konten yang relevan dan tepat sasaran membantu pengunjung mengambil keputusan dengan lebih cepat.

4 Mengarahkan CTA (Call to Action) yang Tepat

CTA efektif selalu disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung.
Contoh:

  • Pengunjung baru butuh CTA yang edukatif: “Pelajari Layanan Kami”.
  • Pengunjung yang sudah tertarik butuh CTA yang mengarahkan ke detail: “Lihat Portofolio Lengkap”.
  • Pengunjung siap beli butuh CTA cepat: “Hubungi via WhatsApp”.

Ketika CTA sesuai dengan tahap dan kebutuhan pengunjung, peluang mereka melakukan aksi penting jauh lebih tinggi.

Apa Itu User Journey di Website?

User journey adalah perjalanan yang dilalui pengunjung ketika mereka berinteraksi dengan website Anda, mulai dari pertama kali mengenal brand hingga akhirnya melakukan tindakan yang Anda inginkan, seperti membeli produk, menghubungi tim, atau mendaftar layanan.

User journey bukan sekadar “pengunjung membuka halaman A, lalu pindah ke halaman B”. Lebih dari itu, ini adalah proses mental yang mencakup kebutuhan, pertanyaan, keraguan, dan motivasi yang berubah di setiap tahap. Ketika user journey dipahami, website dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan di setiap langkah dan menghilangkan hambatan yang menghalangi keputusan.

Secara umum, user journey terbagi menjadi empat tahap:

  1. Awareness
    Pengunjung baru menyadari keberadaan Anda. Mereka biasanya datang dari mesin pencari, media sosial, atau tautan dari teman. Pada tahap ini, mereka butuh informasi dasar, siapa Anda, apa yang Anda tawarkan, dan apakah relevan dengan kebutuhan mereka.
  2. Consideration
    Setelah tertarik, mereka mulai membandingkan. Mereka melihat detail layanan, portofolio, testimoni, harga, dan keunikan Anda dibandingkan kompetitor. Di tahap ini, konten yang informatif dan bukti sosial sangat penting.
  3. Action
    Tahap keputusan. Pengunjung sudah yakin dan siap mengambil langkah: menghubungi, mendaftar, atau membeli. Website harus memastikan proses ini mudah, jelas, dan tanpa hambatan teknis atau informasi yang hilang.
  4. Loyalty
    Setelah action dilakukan, perjalanan tidak berhenti. Pengunjung yang puas bisa menjadi pengunjung berulang, memberikan review, atau merekomendasikan brand Anda. Konten follow-up, artikel edukasi, atau email lanjutan dapat memperkuat hubungan jangka panjang.

Ketika sebuah website dirancang mengikuti alur ini, pengalaman pengunjung menjadi lebih terarah, alami, dan meyakinkan. Pengunjung tidak hanya melihat website sebagai tempat mencari informasi, tetapi sebagai panduan yang mempermudah mereka mengambil keputusan.

Contoh User Journey Sederhana untuk UMKM / Personal Brand

Agar konsep user journey lebih mudah diterapkan, berikut beberapa contoh nyata berdasarkan jenis usaha yang umum di Indonesia. Setiap contoh menunjukkan bagaimana pengunjung bergerak dari tahap awal hingga aksi akhir, beserta kebutuhan informasi pada tiap tahap.

Contoh: Bisnis Kuliner (Warung, Cafe, Catering)

Awareness:
Pengunjung melihat postingan makanan di Instagram atau menemukan nama usaha Anda di Google Maps.
Pertanyaan di kepala mereka: “Menunya apa saja? Harganya masuk akal? Tempatnya nyaman atau tidak?”

Consideration:
Pengunjung membuka website dan mencari:

  • Foto makanan yang jelas
  • Daftar menu dan harga
  • Lokasi, jam buka, dan fasilitas
  • Review pelanggan

Action:
Pengunjung memutuskan memesan atau datang langsung.
CTA yang efektif: “Pesan via WhatsApp”, “Lihat Menu Lengkap”.

Contoh: Jasa Kreatif (Fotografer, Desainer, Videografer)

Awareness:
Pengunjung menemukan akun Anda dari media sosial atau rekomendasi teman.
Pertanyaan: “Gayanya cocok dengan saya? Bisa dipercaya?”

Consideration:
Di website, mereka mencari:

  • Portofolio
  • Proses kerja
  • Kisaran harga
  • Testimoni klien
  • FAQ untuk menjawab keraguan umum

Action:
Jika cocok, mereka menghubungi via form atau WhatsApp.
CTA: “Lihat Portofolio Lengkap”, “Cek Ketersediaan Jadwal”.

Contoh: Produk Fashion / Retail

Awareness:
Pengunjung datang dari TikTok atau Instagram.
Pertanyaan: “Desainnya sesuai selera saya? Ada ukuran saya?”

Consideration:
Di website, mereka melihat:

  • Foto produk berbagai angle
  • Detail bahan dan ukuran
  • Review pelanggan
  • Opsi warna
  • Kebijakan pengembalian

Action:
Mereka membeli atau menambahkan ke keranjang.
CTA: “Beli Sekarang”, “Cek Stok Ukuran”.

Contoh: Personal Brand / Konsultan

Awareness:
Pengunjung membaca artikel Anda atau melihat konten edukasi.
Pertanyaan: “Apakah orang ini kompeten dan bisa membantu saya?”

Consideration:
Mereka ingin melihat:

  • Layanan yang ditawarkan
  • Portofolio atau studi kasus
  • Profil profesional
  • Keahlian yang relevan
  • Publikasi atau testimoni

Action:
Mereka mendaftar konsultasi.
CTA: “Jadwalkan Konsultasi”, “Pelajari Program Lengkap”.

Cara Mendesain Website Berdasarkan User Journey

Website yang efektif tidak dibangun berdasarkan selera pemilik bisnis, tetapi berdasarkan cara pengunjung berpikir dan bertindak. Dengan memahami user journey, Anda dapat merancang website yang bukan hanya indah secara visual, tetapi juga mengarahkan pengunjung secara alami menuju aksi yang Anda inginkan.

1 Pengunjung Baru: Fokus pada Edukasi dan Pengenalan

Pada tahap awal, pengunjung belum mengenal Anda. Mereka butuh informasi dasar yang jelas dan cepat dipahami. Elemen penting:

  • Headline yang menjelaskan siapa Anda dan apa yang ditawarkan.
  • Penjelasan singkat mengenai manfaat atau keunikan layanan.
  • Navigasi yang sederhana dan mudah dipahami.
  • Konten edukatif seperti artikel blog atau panduan.

Tujuannya: membuat mereka merasa relevan dan ingin melanjutkan eksplorasi.

2 Pengunjung yang Sudah Tertarik: Fokus pada Detail dan Bukti

Setelah tertarik, pengunjung mulai mencari kejelasan, apakah layanan Anda bisa dipercaya dan sesuai kebutuhan mereka.
Elemen penting:

  • Portofolio atau contoh hasil kerja.
  • Testimoni atau ulasan pelanggan.
  • Penjelasan proses kerja yang transparan.
  • Daftar harga atau paket layanan yang mudah dibaca.

Tujuannya: mengurangi keraguan dan memperkuat keyakinan.

3 Pengunjung yang Siap Mengambil Aksi: Fokus pada Kemudahan dan Kecepatan

Pada tahap ini, pengunjung hanya membutuhkan satu hal, akses cepat menuju keputusan. Elemen penting:

  • CTA yang jelas dan terlihat pada setiap halaman.
  • Tombol WhatsApp atau form kontak yang tidak rumit.
  • Informasi praktis seperti jam operasional, lokasi, atau ketersediaan.
  • Proses checkout atau pendaftaran yang sederhana (untuk e-commerce).

Tujuannya: tidak memberi ruang bagi keraguan baru.

4 Rancang Alur Navigasi yang Mengikuti Logika Pengunjung

Navigasi harus memandu pengunjung berdasarkan kebutuhan mereka, bukan struktur internal bisnis Anda. Best practice:

  • Menu utama maksimal 5 item.Halaman penting seperti “Layanan”, “Portofolio”, dan “Kontak” mudah ditemukan.
  • Halaman penting seperti “Layanan”, “Portofolio”, dan “Kontak” mudah ditemukan.
  • Hindari membuat halaman yang terlalu dalam atau tersembunyi.
  • Pastikan pengunjung bisa kembali ke halaman sebelumnya tanpa tersesat.

Tujuannya: memberi pengalaman yang mulus dan minim hambatan.

Kesalahan Website yang Mengabaikan User Journey

Banyak website terlihat menarik secara visual, tetapi gagal mengarahkan pengunjung menuju tujuan bisnis karena tidak mempertimbangkan user journey. Kesalahan-kesalahan berikut adalah yang paling sering terjadi dan berdampak langsung pada rendahnya konversi.

  1. Informasi Penting Tersembunyi
    Salah satu kesalahan terbesar adalah menyembunyikan informasi yang sebenarnya paling dicari pengunjung, seperti harga, portofolio, layanan utama, atau lokasi. Akibatnya, pengunjung merasa website tidak membantu dan akhirnya menutup halaman atau pindah ke kompetitor.
  2. CTA Tidak Jelas atau Tidak Terlihat
    CTA seperti “Hubungi Kami”, “Pesan Sekarang”, atau “Lihat Portofolio” harus terlihat dan muncul pada momen yang tepat. Kesalahan umum: CTA terlalu kecil. Penempatannya tersembunyi di bagian bawah.
    Terlalu banyak jenis CTA sehingga membingungkan. Tanpa CTA yang jelas, pengunjung tidak tahu langkah selanjutnya.
  3. Navigasi Rumit dan Tidak Mengikuti Alur Logis Pengunjung
    Menu yang terlalu banyak, struktur halaman yang berlapis, atau istilah menu yang tidak jelas membuat pengunjung tersesat. Ketika pengunjung tidak bisa menemukan apa yang mereka cari dalam 5–10 detik, rata-rata mereka langsung keluar.
  4. Desain atau Visual Tidak Sesuai Ekspektasi Pengunjung
    Visual yang tidak relevan dengan industri atau target pasar dapat membuat pengunjung merasa website tidak profesional. Contoh: Website jasa profesional tetapi menggunakan template terlalu playful. Website kuliner tetapi foto makanannya buram atau tidak menggugah. Visual yang tepat membantu memperkuat kepercayaan.
  5. Tidak Mengakomodasi Perilaku Pengunjung Mobile
    Sebagian besar pengunjung UMKM dan personal brand datang dari mobile. Jika website terlalu berat, font terlalu kecil, atau tombol sulit diklik, mereka cenderung langsung pergi. Mobile-first bukan lagi pilihan, ini kebutuhan dasar.
  6. Tidak Memahami Bahwa Setiap Pengunjung Datang dengan Konteks Berbeda
    Ada pengunjung yang sudah mengenal brand, ada yang baru pertama kali tahu. Ada yang siap membeli, ada yang sekadar mencari informasi awal. Jika semua tahap ini diperlakukan sama, website tidak akan terasa personal dan tidak mampu memandu pengunjung sesuai kebutuhan mereka.

Penutup

Memahami target pengunjung dan user journey bukanlah hal teknis yang hanya relevan bagi perusahaan besar. Justru bagi UMKM dan personal brand, dua hal ini adalah fondasi yang membuat website bekerja lebih efektif. Ketika Anda tahu siapa yang datang, apa yang mereka cari, dan bagaimana mereka mengambil keputusan, setiap elemen website bisa diarahkan untuk mendukung tujuan bisnis Anda.

Website bukan sekadar tampilan visual; ini adalah alat komunikasi. Semakin jelas arah komunikasi yang Anda berikan, semakin mudah pengunjung merasa dipahami dan akhirnya melakukan aksi penting seperti menghubungi, membeli, atau mendaftar.

Jika Anda ingin membangun atau memperbaiki website, mulailah dengan memetakan siapa target pengunjung Anda dan bagaimana perjalanan mereka dari pertama kali masuk hingga mengambil keputusan. Pendekatan sederhana ini sering kali menghasilkan perbedaan besar.

Untuk Anda yang ingin bantuan profesional dalam merancang website yang efektif, Dewatara Creative siap membantu Anda membangun website berbasis strategi dan user journey yang jelas.

Artikel Terkait